Friday 23 December 2011

KHUTBAH TERAKHIR NABI MUHAMMAD SAW

Khutbah disampaikan pada 9 Zulhijjah Tahun 10 Hijrah di Lembah Uranah, Gunung Arafah.

Wahai manusia dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan,  Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengarlah dengan teliti kata-kataku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini.

Wahai manusia, sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai amanah suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak. Janganlah kamu sakiti sesiapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi. Ingatlah bahwa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti akan membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba', oleh itu segala urusan yang melibatkan riba' hendaklah dibatalkan mulai sekarang.

Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikutinya dalam perkara-perkara kecil.

Wahai manusia, sebagaimana kamu mempunyai hak atas para isteri kamu, mereka juga mempunyai hak di atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan mereka ke atas kamu maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang. Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik, berlemah lembut terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu ke atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.

Wahai manusia, dengarlah bersungguh-sungguh kata-kataku ini. Sembahlah Allah, dirikanlah solat lima kali sehari, berpuasalah di Bulan Ramadhan, dan tunaikanlah zakat dari harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ibadah haji sekiranya mampu. Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama; tidak ada seorangpun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam taqwa dan amal soleh.

Ingatlah bahawa kamu akan mengadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan atas segala apa yang telah kamu lakukan. Oleh itu, awasilah tindak-tanduk kamu agar jangan sekali-kali kamu terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.

Wahai manusia, tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah disampaikan kepada kamu.

Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Quran dan Sunnahku.

Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku ini menyampaikannya pula kepada orang lain dan hendaklah orang yang lain itu menyampaikannya pula kepada orang lain dan begitu seterusnya. Semoga orang yang terakhir yang menerimanya lebih memahami kata-kataku ini dari mereka yang mendengar terus dariku. Saksikanlah Ya Allah, bahawasanya aku telah sampaikan risalah-Mu kepada hamba-hamba- Mu. '

KEPENTINGAN SOLAT

"Dan perintahkanlah keluargamu serta umatmu mendirikan solat, dan hendaklah engkau tekun bersabar menunaikannya"

[Taha : 32 ]

Wednesday 5 October 2011

Tiga Macam Hati Manusia

Hati adalah anugerah yang Allah subhanahu wa ta’ala karuniakan kepada manusia. Dengan hati manusia bisa mengenal dan mencintai Tuhannya, sekalipun telinga dan mata tiada sanggup meraih wujud_Nya. Baru di akhirat kelak, mata hamba-hamba Allah yang menjadi penghuni syurga berkesempatan untuk memandang wajah_Nya nan Agung dan Mulia.
Hati juga adalah pusat kebahagiaan. Bahagia atau sengsara bukan tergantung materi, gelar atau jabatan. Namun lebih tergantung pada seberapa besar ketenangan yang dirasakan oleh hati yang bersemayan di dalam dada.
Hati adalah saksi yang akan menyelamatkan atau membinasakan. Orang yang kembali kepada Allah dengan hati yang hidup berhak mendiami syurga yang luasnya seluas langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala befirman, ” Pada hari di mana tiada manfaat harta benda dan anak-anak, kecuali siapa yang datang dengan qalbun salim (hati yang selamat).” [QS. Asy_Syu’ara (26): 88-89]
Hati laksana cermin. Kita harus senantiasa tekun membersihkannya agar ia tetap bersih, terang, dan mengkilat. Hanya dengan membersihkan hati akan diraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Orang yang memiliki hati yang makin suci adalah orang yang paling mulia dalam pandangan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ” Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian dalam pandangan Allah adalah yang paling bertaqwa.” [QS. Al_Hujurat (49): 13] Dengan demikian, hakekat taqwa adalah hati yang suci.
Karena hati itu disifati dengan hidup dan mati, maka hati manusia bisa dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Hati yang Sehat
Hati yang sehat dalam arti benar-benar hidup. Hanya orang yang membawa hati inilah yang bisa mendapatkan keselamatan pada hari kiamat kelak. Hati ini disebut qalbin salim (hati yang bersih dan sehat) karena sifat bersih dan sehat benar-benar telah menyatu dalam hatinya.
Qalbun salim adalah hati yang terbebas dari godaan syahwat yang mengajak kepada kedurhakaan terhadap perintah dan larangan Allah, dan terbebas dari ranjau syubhat (racun pemikiran) sehingga bisa menerima semua berita yang disampaikan oleh_Nya. Hati tersebut hanya memberikan penghambaan kepada_Nya semata dan memberikan ketaatan kepada Rasul_Nya semata. Oleh karena itu, jika hati tersebut mencintai, maka ia mencintai karena Allah. Dan jika ia membenci, maka ia membenci karena Allah. Jika ia memberi atau tidak memberi, maka semuanya karena Allah subhanahu wa ta’ala.
Hati itu merasa terikat kuat untuk mengikuti dan tunduk kepada Rasul_Nya, tidak kepada ucapan atau perbuatan siapapun. Rasul menjadi hakim bagi dirinya dalam segala hal.
Ada ulama salafush shalih yang mengatakan bahwa semua perbuatan, sekecil apapun akan dihadapkan kepada dua pertanyaan, yaitu mengapa dan bagaimana.
Pertanyaan pertama, membahas tentang sebab, motivasi atau pendorong untuk melakukan suatu perbuatan. Apakah dilakukan untuk tujuan jangka pendek untuk kepentingan pelakunya dan orientasinya dunia semata, agar mendapatkan pujian dari orang lain, atau khawatir dengan celaan mereka ataukah motivasinya adalah menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba Allah Ta’ala.
Pertanyaan kedua, membahas seberapa jauh kita mengikuti Rasul dalam melakukan amal ibadah tersebut. Dengan kata lain, apakah perbuatan tersebut dituntunkan atau tidak.
Dengan demikian, pertanyan pertama berkenaan dengan keikhlashan, sedangkan pertanyaan kedua berkenaan dengan sikap mengikuti tuntunan Rasul_Nya.
2. Hati yang Mati
Hati yang mati, tiada kehidupan di dalamnya. Hati tersebut tidak menganal Tuhannya dan tidak menyembah_Nya sesuai dengan perintah_Nya. Hati tersebut bahkan selalu menuruti keinginan dan kesenangan nafsu, meskipun mendapatkan murka dan kebencian Allah Ta’ala. Semua itu tidak diperdulikannya, yang penting keinginannya bisa terwujud, baik Allah ridho atau murka. Hawa nafsu adaah pemimpinnya, keinginan syahwat adalah komandonya, kebodohan adalah penuntunnya, dan kelalaian dari mengingat Allah adalah kendaraannya. Hati ini terbuai dengan pikiran untuk mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata, mabuk oleh hawa nafsu, dan kesenangan sesaat.
3. Hati yang Sakit
Inilah hati yang hidup tetapi cacat, di dalamnya terdapat dua unsur yang saling tarik-menarik. Bila unsur kehidupan yang memenangkan pertarungan, maka terdapat di dalamnya kecintaan kepada Allah, keimanan, keikhlashan, dan tawakal kepada_Nya. Selain itu, di dalam hati ini juga terdapat rasa cinta kepada nafsu, dengki, sombong, bangga diri, dan lain sebaginya. Itulah unsur-unsur yang merusak hati.
Dengan demikian, dalam hati yang sakit terdapat dua penyeru, yang satu mengajak untuk taat kepada Allah dan Rasul_Nya, dan hari akhir. Sedangkan yang lain mengajak kepada kesenangan sesaat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa hati yang pertama selalu tawadhu, lemah lembut, dan sadar. Hati yang kedua adalah kering dan mati. Sedangkan hati yang ketika adalah hati yang sakit. Hati seperti ini bisa menjadi lebih dekat dengan keselamatan dan bisa jadi lebih dekat kepada kehancuran.
Akhir dari tulisan ini, penulis berwasiat untuk kita semua. Sebagai seorang muslim, tentunya kita mendambakan hati yang hidup, yang selalu tawadhu, lemah lembut dan sadar. Bukan hati yang sakit, apalagi – na’uzdubillah – hati yang mati. Hati yang hidup adalah sebuah anugerah yang besar dari Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang memiliki hati yang mati, maka ia sebenarnya telah mati sebelum waktunya, karena hidupnya di dunia ini tidak mengandung arti dan nilai lagi.
Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala bagi penulis, pembacanya dan yang menyebarkannya. Dan semoga menjadi jalan yang lurus agar kita senantiasa menata hati kita, sehingga menjadi qalbun salim. Aamiin .. !!

 Filed Under: Artikel Islam by alhafizh84 

Empat Kiat Agar Hati Lebih Hidup

Muhammad bin Hasan bin ’Uqail Musa Al_Syarif dalam kitab Al_’Ibadaat Al_Qalbiyyah wa Atsaruhu fi Hayati Mu’minin mengatakan bahwa di antara kiat-kiat agar kita mendapatkan hati yang hidup (qalbun salim) adalah sebagai berikut:
1. Mengingat Allah
Manfaat dzikir tidak perlu diragukan. Orang yang berdzikir adalah orang yang hatinya tidak rusak dan tidak mati. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ” Permisalan orang yang mengingat Allah dengan orang yang tidak mengingat Allah adalah sebagaimana orang yang hidup dengan orang yang mati.” [Haditsshahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari]
2. Mengingat Kematian
Orang yang mengingat kematian akan sedikit berangan-angan, giat beramal shaleh, sehingga sedikit dosanya. Al_Imam Al_Hafizh Sa’id bin Jubair Al_Kufi – dibunuh oleh Hajjaj pada tahun 95 H – mengatakan, ” Andai hatiku tidak mengingat kematian, aku khawatir hatiku akan menjadi rusak.” [Lihat Nuzhalah Fudhala’ 1/393-396]
3. Berziarah Kubur
Ziarah kubur merupakan sunnah Nabi yang sudah ditinggalkan dan saat ini dilupakan oleh sebagian besar orang-orang shaleh bahkan umat Islam pada umumnya. Padahal ziarah kubur termasuk sarana yang paling efektif agar hati kita senantiasa hidup dan memiliki hubungan dengan Allah Ta’ala, Dzat yang mengetahui hal-hal yang ghaib. Oleh karena itu, ulama salafush shalih berantusias tinggi untuk melaksanakannya.
Safwan bin Salim – wafat pada tahun 132 H dalam usia 72 tahun – pernah hendak mendatangi Baqi’. Hal ini diketahui oleh seorang yang shaleh, karena itu ia lantas membuntutinya sambil bergumam, ” Aku hendak melihat apa yang ia lakukan.” Safwan lalu duduk di dekat sebuah kubur. Dia terus menangis hingga aku merasa kasihan kepadanya dan aku mengira bahwa kubur tersebut merupakan salah seorang anggota keluarganya. Suatu ketika yang lain, Safwan bin Salim melintas di dekatku. Aku pun lantas membuntutinya lagi. Dia lalu duduk di dekat kuburan yang lain. Di kuburan itupun beliau menangis sebagaimana terdahulu.
Hal ini diceritakan kepada Muhammad Al_Munkadir – lahir 30-an H dan wafat 130 H – ” Aku kira kubur itu merupakan kubur salah satu sanak keluarganya, komentarku.” Kata Ibnu Al_Mundakir, ” Semua penghuni kubur itu merupakan keluarga dan saudara-saudaranya, karena beliau adalah orang yang tersentuh hatinya karena mengingat orang-orang yang telah meninggal.” Hal ini beliau lakukan setiap kali hatinya hendak mengeras. [Lihat Nuzhalah Fudhala’ 1/395-397]
4. Mengunjungi Orang_Orang yang Shaleh dan Mengetahui Amal yang Mereka Kerjakan
Hal ini merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat. Jika tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka dengan mengunjungi orang-orang shaleh dan meminta izin kepada mereka melalui buku-buku yang menceritakan perjalanan hidup mereka, karena itu juga merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat.
Ja’far bin Sulaiman mengatakan bahwa setiap kali hatiku mulai mengeras, aku pergi pagi-pagi untuk menatap wajah Muhammad bin Wasi’ – Abu Bakar Al_Azdi Al_Bashri, salah seorang tokoh tabi’in dan wafat 123 H –. Wajah Muhammad bin Wasi’ seperti orang yang baru saja ditinggal mati oleh sanak keluarganya. [Lihat Nuzhalah Fudhala’ 1/526]
Saudaraku, salah satu kewajiban kita adalah selalu menjaga hati, jangan sampai terasuki was-was setan dan berbagai panyakit hati seperti riya’ dan syirik.
Agar hati kita lebih tersentuh lagi untuk senantiasa menjaga hati kita, simaklah perkataan Abu Hafs An_Nasaiburi mengatakan sebagai berikut, ” Aku jaga hatiku selama 20 tahun, akibatnya aku dijaga oleh hatiku selama 20 tahun.”
Subhanallah, dengan membaca dan memahami ucapan Abu Hafs An_Nasaiburi di atas, maka hati kita akan terkesimak bahwa ketika kita senantiasa menjaga hati dan menghidupkan hati kita, maka hati kita yang akan senantiasa menjaga kita siang dan malam dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul_Nya, dan senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah dengan keikhlasan.
Selain melakukan hal-hal yang dapat menghidupkan hati kita, seperti yang telah disebutkan di atas. Sangat perlu sekali bagi kita juga untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak hati, karena hati itu bisa rusak sebagaimana badan bisa rusak.
Adupun pembahasan tentang hal-hal yang dapat merusak hati – insya Allah – akan penulis bahas dalam tulisan berikutnya dengan judul, ” Lima Perusak Hati.”
Akhir dari tulisan ini, marilah wahai jiwa yang mengaku cinta kepada Allah dan Rasul_Nya. Renungkanlah sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berikut ini, ” Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati (qalbun).” [Hadist shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim]
Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bernilai pahala di sisi Allah Ta’ala. Aamiin .. !!

Filed Under: Artikel Islam by alhafizh84

Tuesday 6 September 2011

UMMATI,Ummati,ummati...

Sebagai peringatan dan perkongsian bersama ..

...."Ummatii,ummatii,ummatiii?"....

AIRMATA RASULULLAH SAW...
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"
tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan.

Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul ! Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik.

Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.

"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera
mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."


Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii,ummatii,ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

http://blogedavra2.blogspot.com/2009/06/ummatiiummatiiummatiii.html

Saturday 13 August 2011

PUASA


Merenungi Ayat Al-Quran Berkenaan Puasa


أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)  
Maksudnya: “ Wahai orang-orang yang beriman, kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, mudah-mudahan  kamu menjadi orang yang bertaqwa.”  [ al-Baqarah : 183 ]
.
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (184)  
Maksudnya:  “ (Puasa Yang Diwajibkan itu ialah beberapa hari yang tertentu; maka sesiapa di antara kamu yang sakit, atau dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain; dan wajib atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin. maka sesiapa yang dengan sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang ditentukan itu, maka itu adalah suatu kebaikan baginya; dan (Walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu daripada memberi fidyah), kalau kamu mengetahui.”  [ al-Baqarah : 184 ]


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (185)   
Maksudnya“ (Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah. Oleh itu, sesiapa dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia berpuasa bulan itu; dan sesiapa yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, kemudian wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran. dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan), dan supaya kamu membesarkan Allah kerana mendapat petunjukNya, dan supaya kamu bersyukur.  [ al-Baqarah : 185 ]



Unit Masjid & Penerbitan
Pusat Islam UTeM

Thursday 28 July 2011

Isra’ Mi’raj Dan Palestin - Bagai Aur Dengan Tebing

Peristiwa menakjubkan di bulan Rejab yang merupakan salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah kehidupan Rasulullah saw. yang juga mempunyai pengertian yang sangat penting  kepada kaum muslimin adalah Isra’ Mi’raj. Iaitu peristiwa dimana diperjalankannya Rasulullah saw. oleh Allah swt di suatu malam bulan Rejab pada tahun ke-11 dari kenabiannya, dari Masjid al Haram di Mekah ke Masjid al Aqsha di Palestin dengan mengenderai Buraq, kemudian naik ke langit yang ke tujuh hingga ke Sidratu al Muntaha, untuk diperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaran Allah.

“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambaNya (Muhammad saw.) pada suatu malam dari Masjid al Haram ke Masjid al Aqsha, yang telah Kami berkahi sekitarnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebahagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami” (Q.S Al Isra’: 1)

Isra’ Mi’raj berlaku setelah sejumlah peristiwa menyedihkan menimpa Rasulullah saw. Belum lagi hilang bagaimana beratnya Rasulullah saw dan para sahabat yang mulia menghadapi pemulauan penuh dari kafir Quraisy di Lembah Bani Hasyim selama tiga tahun iaitu sejak tahun ke-7 hingga ke-10 dari kenabiannya, bapa saudaranya (Abu Thalib) pula  yang selama itu melindunginya telah meninggal dunia. Kemudian disusuli pula dengan kewafatan isterinya yang tercinta, Saidatina Khadijah. Tahun ke-10 dari kenabiannya ini memang penuh dengan peristiwa duka dan ramai yang menyebutnya sebagai “Amul Hudzmi” (tahun kesedihan). Tambahan lagi ketika itu, berlakunya tekanan yang semakin kuat dari kaum kafir Quraisy terhadap da’wah Rasulullah saw disamping penduduk Thaif yang memperlakukan Rasulullah saw secara tidak manusiawi tatkala baginda saw. mencari nusrah kepada mereka. Sebagai manusia biasa, rentetan peristiwa itu sudah tentunya menjadikan baginda saw merasa sedih. Pada saat itulah Allah dengan segenap qudrah dan iradahnya, mengisra’ dan mi’rajkan Rasulullah saw.

Terdapat dua perkara utama sekurang-kurangnya yang dapat disebut sebagai inti dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj tersebut. Pertama: Rasulullah saw. menyaksikan secara langsung tanda-tanda kebesaran Allah; Kedua: adalah seleksi(penapisan atau penyaringan)keimanan. Salah satu tanda terbesar yang dimaksudkan adalah Sidratul Muntaha yang berada di langit yang ke tujuh. Selain itu diperlihatkan pula malaikat Jibril dalam bentuk aslinya dan Nur Ilahi yang semuanya merupakan sesuatu yang tidak dapat dibayangkan keindahan, keagungan dan kebenderangannya. Kemudian Allah mendekati Rasulullah dan mewahyukan secara langsung kewajipan mendirikan solat 5 waktu sehari semalam.

“Tatkala Sidratul Muntaha ditutupi oleh bermacam hal yang melingkupinya, tetapi pandangannya (Rasulullah saw.) tidak sampai menyimpang dan tidak pula melampauinya(Sidratul Muntaha). Sesungguhnya dia (Rasulullah saw.) telah melihat sebahagian tanda-tanda kebesaran Allah Yang Maha Agung” (Q.S Al Najm: 16-18)

“Sesungguhnya dia (Muhammad saw.) benar-benar telah melihatnya (jibril) untuk yang kedua kalinya (dalam bentuk aslinya) di dekat Sidratul Muntaha. Di dekatnya terdapat Jannatul Ma’wa” (Q.S Al Najm: 13-15)

Sedangkan tanda-tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan dalam Isra’ adalah kenderaan Buraq, kemudian dihidupkannya kembali kesemua nabi-nabi untuk menjadi makmum di belakang Rasulullah saw. dalam solat jama’ah di Baitul Maqdis sebagai takrim (penghormatan) sekaligus mukjizat bagi Rasulullah saw.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang tidak mungkin dijangkau oleh akal biasa, tidak sangsi lagi berfungsi sebagai ujian bagi kaum muslimin saat itu. Ketika mengetahui bahawa Rasulullah saw bercerita tentang Isra’ Mi’raj dengan segenap peristiwa ghaib yang menyertainya, sebahagian kecil kaum muslimin yang lemah imannya menjadi ragu lalu murtad. Tetapi bagi sebahagian besar yang lainnya, peristiwa itu justeru semakin memperkuat keyakinan mereka akan kebesaran Allah dan kebenaran risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Maka Isra’ Mi’raj seakan-akan menjadi penapis atau penyaring mana mukmin yang sejati dan mana pula yang bukan. Ini sangat diperlukan untuk perjalanan da’wah berikutnya yang terbukti semakin berat dan hanya mereka yang teguh sahaja yang mampu memikulnya.

“Dan (ingatlah) tatkala Kami wahyukan kepada engkau (Muhammad saw.) bahawa sesungguhnya Rabbmu telah mengepung (mengetahui sikap) manusia (Quraisy). Dan tidaklah Kami jadikan penglihatan yang Kami tunjukkan kepada engkau melainkan (ia) sebagai cubaan bagi manusia……..” (Q.S Al Isra’: 60)

Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Abbas berkata: “Penglihatan yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah penglihatan nyata yang disaksikan oleh Rasulullah saw. pada malam peristiwa Isra’ dan Mi’raj.”

Di luar dari dua perkara di atas, boleh pula disebut bahawa peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan isyarat bahawa Rasulullah saw. akan memiliki negara berdaulat yang wilayah kekuasaannya meliputi Yathrib, Madyan-Thur Sina di Mesir, Baithlehem dan Baitul Maqdis di Palestin iaitu tempat dimana Rasulullah dusinggahkan dalam Isra’. Dan ternyata benar, kira-kira 13 tahun kemudian, wilayah daulah Islamiyah memang mencakupi wilayah itu, bahkan dalam perkembangan berikutnya mencakup hampir sepertiga dunia.
 

Palestin Kini

Jelaslah bahawa peristiwa Isra’ Mi’raj tidak dapat dipisahkan dari negeri yang bernama Palestin iaitu satu tempat yang menjadi tujuan dalam Isra’ Rasulullah saw. dari Mekah dan sekaligus menjadi titik permulaan dalam Mi’rajnya ke Sidratul Muntaha. Boleh dikatakan tidak ada Isra’ Mi’raj tanpa menyebut Palestin, dan tidak ada Palestin tanpa menyebutkan kedudukan tempat itu dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.

Tetapi tempat yang disucikan itu dan pernah menjadi kiblat kaum muslimin sedunia yang pertama, kini berada di bawah cengkaman negara Yahudi Israel, yang berdiri di atas tanah Palestin dengan dokongan konspirasi negara-negara sekular internasional yang majoriti penduduknya beragama Nasrani. Mengapakah orang-orang Nasrani yang dalam sejarahnya bermusuhan dengan orang Yahudi, kini berkomplot menentang kaum muslimin?

Memang benar, meskipun sudah sampai 20 abad terjadinya permusuhan yang berterusan antara kaum Nasrani dan Yahudi, tetapi kini mereka sering kali melakukan kerjasama. Menurut Syekh Bayud At Tamimi dalam buku Impian Yahudi dan Kehancurannya menurut al Quran, berdasarkan ayat:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Yahudi dan Nasrani menjadi penolong kamu, mereka adalah penolong  bagi sebahagian yang lain.” (Q.S Al Maidah: 51)

Persekutuan Yahudi-Nasrani mulai nampak sesudah Perang Dunia Pertama dengan dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1922 organisasi ini memberikan mandat kepada Inggeris ke atas Palestin untuk memudahkan negeri itu dari segi ekonomi, kebudayaan, pembangunan dan politik menjadi tanah air bangsa Yahudi. Sebelum itu, di awal abad 20 mereka bekerjasama untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid dari tampuk kekhilafahan Uthmani, ketika beliau menolak  memberikan konsesi hijrah ke Palestin.

Kongres pertama kaum Zionis di Basel, Switzerland, 1897, telah memutuskan Palestin yang ketika itu merupakan sebahagian dari kekuasaan Khilafah Uthmani sebagai wilayah pemulangan (setlement) Yahudi. Inggerislah yang sangat berperanan dalam pembentukan negara Israel ini.

Persahabatan dan kerjasama antara Yahudi-Kristian berlanjutan terus hingalah tercetusnya perang tiga serangkai terhadap Mesir yang muslim. Persekutuan pasukan Kristian (Perancis dan Inggeris) bersama pasukan Yahudi menyerbu Mesir pada 1956. Pada tahun 60an, kerjasama ini mencapai puncaknya dengan diisytiharkannya penghapusan dosa Yahudi oleh Paus Vatikan, supaya tidak ada kesan buruk pada penganut Kristian yang patuh pada agamanya, apabila tanah sucinya tersebut jatuh ke tangan orang Kaum Yahudi yang telah menyalib Al Masih menurut tuduhan mereka. Puncak yang lain terjadi ketika orang-orang Kristian (Maronet) di Lebanon dengan terang-terangan berperang bersama kaum Yahudi melawan kaum muslimin.
 

Status Tanah Palestin

Bagaimana sikap kaum muslimin terhadap penguasaan Palestin oleh Israel kini, sangat ditentukan oleh pemahaman  mereka tentang sah atau tidaknya negara itu berdiri di wilayah Palestin sekarang dan bagaimana Islam memberikan panduan dalam menghadapi kenyataan itu. Sejarah tanah Palestin adalah sejarah Islam.Wilayah itu dikuasai Islam dengan damai. Orang Nasranilah yang secara suka rela menyerahkan kunci kota Jerusalem (disebut juga sebagai ‘Illia) kepada Khalifah Umar Al Khattab. Ketika itu, tepatnya 636 M, setelah sekian lama dikepung tentera Islam, diwakili tokohnya Pendeta Patriarch Shafarniyus, kaum Nasrani Jerusalem bersama Khalifah Umar Al Khattab menandatangani suatu perjanjian yang dikenali sebagai Piagam ‘Illia atau Perjanjian Umariah. Di antara isi perjanjiannya ialah”Dengan nama Allah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Inilah yang diberikan oleh hamba Allah, Umar Amirul Mukminin kepada penduduk ‘Illia tentang keamanan. Ia memberinya keamanan untuk jiwa dan harta mereka, untuk gereja-gereja dan salib-salib mereka, juga untuk orang yang sakit dari mereka dan yang sihat serta untuk seluruh komuniti……Dan tidak akan diizinkan tinggal bersama mereka, seorang pun dari orang Yahudi.”

Sehingga kini, 14 abad berlalu, seluruh dunia tahu Israel adalah perampas tanah Palestin dengan dalih melaksanakan amanat Tuhan yang telah menjanjikan wilayah itu untuk mereka. Pengakuan ini telah dibantah keras oleh Roger Geraudy, intelektual Kristian Perancis yang kini masuk Islam, dalam buku Zionisme: Gerakan Agama dan Politik, sebagai tidak terbukti secara historis, antropologis mahupun injilis. Dan yang terakhir, tidak ada sedikitpun dalil-dalil Injil baik Perjanjian Lama mahupun Perjanjian baru yang menunjukkan mereka harus tinggal di Wiliayah Palestin, apalagi secara paksa. Jadi kesimpulannya, negara Israel berdiri di atas khayal dan dusta serta darah dan air mata bangsa Palestin.

Palestin adalah milik umat Islam, bukan milik individu tertentu dan tidak boleh dimiliki oleh sesiapa pun. Ia tidak boleh dimanfaatkan kecuali sesuai dengan hukum-hukum syara’.

“Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al Ahzab: 27)

Berkenaan dengan ayat ”Dan (demikian pula) tanah yang belum kamu injak.” Imam Thabari menyatakan, banyak ahli tafsir berselisih pendapat dalam hal ini. Tanah mana yang dimaksudkan? Ada yang berpendapat, bahawa itu adalah tanah negeri Rom dan Parsi serta tanah-tanah negeri lainnya yang dilakukan kaum muslimin setelah itu….,Sementara yang lain berpendapat, bahawa yang dimaksudkan adalah tanah Mekah; dan ada pula yang berpendapat, bahawa itu adalah tanah Khaibar…” Dari dua pendapat itu, menurut Imam Thabari, pendapat yang lebih tepat ialah bahawa Allah telah mewariskan tanah, rumah dan harta benda Bani Quraizah kepada para sahabat Rasulullah saw, juga tanah(dari negeri) yang belum mereka injak pada saat itu, yang kemudian mereka menaklukkan dan mewarisinya. Semua tanah yang dikuasai kaum muslimin sesudah itu termasuk dalam maksud ayat “dan tanah yang belum mereka injak”. Jadi yang dimaksudkan bukanlah Mekah ataupun Khaibar, juga bukannya tanah Parsi, Rom atau Yaman kerana tanah-tanah tersebut telah mereka injak pada waktu itu. (Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wili Aayil Quran, Juz XI, m/s 155).

Setiap negeri yang ditaklukkan kaum muslimin tergolong ke dalam apa yang disebut “negeri yang diwariskan Allah untuk mereka.” Tentu sahaja termasuk pula setiap negeri yang akan ditaklukkan kaum muslimin pada masa akan datang hingga hari kiamat. Jadi, setiap tanah yang ditaklukkan kaum muslimin baik secara paksa mahupun melalui jalan damai, seperti tanah Iraq (termasuk Kuwait), tanah Syam(termasuk tanah Palestin), tanah dataran Hindia(termasuk Pakistan dan Kasymir) dan tanah-tanah Afrika Utara serta tanah-tanah lainnya yang statusnya serupa. Seluruhnya merupakan fa’i selama-lamanya bagi kaum muslimin. Tanah itu juga disebut sebagai tanah Kharaj. Ini bererti, hak milik tanah berada di tangan Baitul Mal. Sedangkan pemanfaatannya boleh diambil oleh siapa sahaja yang menempati tanah itu, dan dia wajib membayar wang Kharaj dengan jumlah tertentu kepada Baitul Mal. Ketetapan ini kekal hingga hari Kiamat, sekalipun tanah tersebut telah berpindah kepada orang Islam yang lain, seperti melalui jual beli.

Kedudukan tanah Palestin sebagai tanah Kharaj perlu selalu diambil perhatian serius oleh seluruh kaum muslimin di dunia. “Penyerahan” tanah tersebut melalui perjanjian damai PLO-Israel pada 13 September 1993 di Washington adalah tidak sah dan berdirinya negara Israel itu juga tidak sah sekalipun PBB, negara-negara Arab, negara-negara sedunia, bahkan penduduk Palestin sendiri telah mengakuinya. Ini kerana menurut syari’at Islam, tanah Palestin adalah tanah Kharaj yang dimiliki oleh seluruh kaum muslimin. Tambahan lagi majoriti tanah di Palestin adalah tanah wakaf yang tidak dapat diperjual-belikan, dihibahkan ataupun diwariskan, sebagaimana sabda Rasulullah saw. “Tanah wakaf tidak boleh diperjual-belikan, dihibahkan atau diwariskan” (HR Tirmizi dalam Al Ahkam, Bab Wakaf, hadis No.1375).

Penyerahan tanah Palestin kepada musuh Islam merupakan pengkhianatan kepada Allah, Rasulullah saw., agama Islam dan kepada para sahabat mulia yang telah menjadikan tanah tersebut sebagai negeri kaum muslimin, juga pengkhianatan kepada Panglima Shalahudin Al Ayubi dan pasukannya yang telah mengembalikan tanah tersebut dari tangan kaum Salib, serta terhadap kaum muslimin seluruhnya.

Bila demikian, bolehkah melakukan perdamaian dengan Israel dan mengakui keabsahan negara Yahudi itu di tanah Palestin? Jawabannya sudah tentu tidak. Tetapi mengapa Presiden Indonesia, Gus Dur yang merupakan tokoh ulama’ kononnya, berani mengeluarkan kenyataan “Hubungan diplomatik (dengan Israel) akan hanya diadakan selepas Israel mengiktiraf kemerdekaan Palestin.” (Berita Harian, Sabtu 6 November 1999). Dari pernyataan di atas, dapat difahami bahawa Gus Dur akan mengakui dan mengiktiraf kewujudan negara Yahudi la’natullah itu setelah Israel mengiktiraf kemerdekaan Palestin. Persoalannya, apakah hukum tanah Palestin boleh berubah mengikut tempat,keadaan dan masa? Sebagai seorang Ulama, Gus Dur seharusnya mafhum akan hal tersebut.

Pernyataannya yang kontroversial tersebut pernah juga dikeluarkan oleh beliau sebelum beliau menjawat jawatan Presiden suatu ketika dulu sebagaimana dipetik dari akhbar Republika “Hubungan diplomatik itu perlu dilakukan untuk mengantisipasi masa depan setelah perkembangan kian membaik antara negara-negara Arab dan Israel.” Bila kita perhatikan, seruan yang diungkapkan oleh Gus Dur itu senada dengan seruan Kelab Agung Nasional Mesir iaitu gerakan Yahudi internasional Freemasonry di Mesir yang menginduk pada Kelab Agung Inggeris-pada 2 April 1922 yang menggemparkan tidak hanya kepada bangsa Palestin, tetapi kepada semua bangsa Arab, termasuk anggota Freemasonry sendiri. Seruan yang ditandatangani oleh Guru Besar Idris Raghib, Setiausaha Agung Abdul Majid Tunus, Wakil Guru Besar Muhammad Rifa’at dan Pembantu Wakil Guru Besar Thaha Ibrahim dan disebarkan ke Kelab-kelab Freemasonry di Palestin dan rakyat Palestin itu-dengan kata-kata yang halus, licik dan penuh tipuan-meminta kepada kaum muslimin di Palestin agar menyerah kepada Zionisme dan membiarkan para Zionis itu berbuat sekehendaknya di negeri Islam itu (lihat Muhammad Fahim Amin, Rahsia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club, m/s 34). Oleh kerana itu, langkah Gus Dur kali ini adalah permainan politik tingkat tinggi. Apakah Gus Dur terlibat dalam gerakan Freemasonry? Memang kita belum mempunyai bukti yang cukup untuk menyatakannya, tetapi beberapa perbuatannya menjadi qorinah(petunjuk), bagi menjawab posisi “sang wali”.

Namun apakah mungkin seorang ulama terlibat dalam gerakan Rahsia Yahudi? Kenapa tidak? Syeikh Muhammad Rasyid Ridha sendiri mengakui bahawa gurunya sendiri, Syeikh Muhammad Abduh (Pengarang Tafsir Al Manar) pernah terlibat dan menjadi tokoh dalam gerakan Freemasonry di Mesir. Demikian juga guru kepada Abduh iaitu Syeikh Jamaludin Al Afghani. Lagi pula gerakan Freemasonry yang terdiri dari tiga kategori iaitu Freemason Simbolik Umum, Freemason Kerajaan dan Freemason alam Semesta; membolehkan orang-orang non Yahudi menjadi anggotanya, terutama pada Freemason Simbolik Umum. Bahkan jabatan kepemimpinan Freemason Simbolik Umum yang dipegang semula sendiri oleh orang-orang Yahudi anggota Freemason Kerajaan kemudian diserahkan kepada orang-orang non Yahudi yang berada di kelas tertinggi pada taraf Freemason Simbolik Umum dengan gelaran “Guru yang agung”, iaitu orang-orang yang telah menunjukkan tingkat kesetiaan yang tinggi kepada bangsa Yahudi pada umumnya dan kepada gerakan zionis Internasional khususnya (M. Fahim Amin, m/s 19-22).
 

Kewajiban Kaum Muslimin terhadap Israel

Bagaimanakah sikap yang seharusnya diambil oleh kaum muslimin?

Imam Ibnu Katsir berdasarkan ayat 23 dari Surah al Taubah, menyatakan wajib memerangi orang-orang kafir dimulai dari yang terdekat dari batas negeri Islam. Rasulullah saw. mulai memerangi orang-orang musyrik di Jazirah Arab. Allah memenangkannya di Mekah, Madinah Thaif, Yaman dan Yamamah. Lalu, Rasulullah saw. mulai mengalihkan perhatiannya ke wilayah kekuasaan Rom, kerana negeri itulah yang terdekat dengan wilayah negeri Islam, dan lebih layak menerima da’wah Islam.

“Wahai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orangkafir yang disekitar kaumitu. Dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu. Dan ketahuilah, bahawa Allah berserta orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S At Taubah:23)

Imam Ibnu Katsir juga menegaskan, kaum muslimin harus bersikap tegas dan keras dalam memerangi kaum kuffar yang memang layak diperangi. Sesama saudara muslim diperintahkan saling berkasih sayang. Namun terhadap orang kafir, kaum muslimin harus tegas.

Oleh kerana itu, menghancurkan Israel adalah fardhu ‘ain hukumnya bagi penduduk Palestin, Syria, Jordan, Mesir dan Lebanon kerana Israel telah merampas wilayah Islam di mana mereka sekarang tinggal. Israel, menurut Ustaz Abdul Qadim Zallum dalam kitab Ta’rif adalah “muharibah fi’lan”. Iaitu negeri yang secara terang-terangan telah nyata memerangi kaum muslimin. Jika kekuatan negeri-negeri itu belum mampu mengimbangi kekuatan Israel, maka kewajiban itu pun meluas ke negeri-negeri Islam yang berada di sekitarnya. Sekiranya itu pun belum cukup, maka kewajipannya berpindah kepada seluruh kaum muslimin. Ini bererti, fardhu ‘ain keatas seluruh kaum muslimin memerangi Israel sehingga negara itu dapat dikalahkan dan dinyahkan dari bumi Palestin.

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak(pula) bagi perempuan yang yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S Al Ahzab: 36)

International Islamic and Development Studies (IINDS)

Tuesday 12 July 2011

ADAB NIAT

Niat mempunyai peranan penting dalam segala kegiatan dan amalan agama. Ini kerana nilaian Allah terhadap semua amal perbuatan itu bergantung pada niat pelakunya.

Firman Allah bermaksud: "Pada hal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya , lagi tetap teguh di atas tauhid, dan supaya mereka mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang benar."  (Surah al-Bayyinah :5)

Sabda Rasulullah s.a.w. bermaksud: "Sesungguhnya setiap amalan itu dengan niat dan sesungguhnya bagi tiap-tiap seseorang itu apa yang diniatkan."

Niat yang baik itu adalah dianggap suatu amal soleh dan mendapat pahala serta ganjaran daripada Allah.

Sesiapa yang berniat dengan niat yang baik, maka dia akan mendapat pahala dan ganjaran yang baik. Sesiapa yang berniat buruk, maka dia akan diberi balasan dosa dan balasan yang setimpal dengan dosanya.

Islam menentukan bahawa niat itu sebagai rukun dan syarat dalam apa jua ibadah dan amalan dan bukan hanya diucapkan atau dilafazkan.

Tuesday 5 July 2011

Doa Baginda s.a.w. Sebelum Tidur

Al- Barra' bin Azib r.a. meriwayatkan:
"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. ketika hendak tidur selalu meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan Baginda seraya berdoa:
maksudnya:-

(Ya Rab, lindungilah aku daripada azab-Mu pada hari ketika Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu)."

                                                                                                              (Riwayat al-Nasa'i no. 10596)

Tanda Cinta Allah Kepada Hamba

Daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibrail, 'Sesungguhnya Allah mencintai si polan, maka cintailah ia.' Jibrail pun mencintainya, lalu Jibrail menyeru penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah mencintai si polan, maka cintailah ia.' Maka penduduk langit mencintainya, kemudian ia mendapat penerimaan di dunia."
                                                                                                 (Riwayat al-Bukhari no.3037)

Saturday 2 July 2011

Orang Beriman Sebagai Penolong

Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: "Sesungguhnya penolong kamu hanya Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman dan sesiapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya serta orang beriman sebagai penolong,  merekalah yang akan mendapat kemenangan." (Surah al-Maidah 5:55-56)

Biarpun manusia merupakan kejadian makhluk yang paling sempurna ciptaan Allah, tetapi manusialah yang paling terkedepan dalam kehilangan sifat-sifat manusiawinya. Sedangkan makhluk-makhluk yang lain masih kekal dengan sifat-sifat tabiinya masing-masing dalam meneruskan kehidupan makhluk tersebut mengikut ketetapan Rabbul Jalil.

Logiknya lembu tidak pernah cuba untuk menjadi singa, supaya nampak lebih gagah, malah ia tetap dengan tabiinya memakan rumput, mengeluarkan susu dan sebagainya. Singa pun tidak pernah menabalkan dirinya bebas membaham sesiapa sahaja, hanya sekadar untuk keperluan dan kelangsungan kehidupan spesiesnya sahaja, tidak lebih dari itu.

Namun manusia yang tidak beriman sanggup melakukan apa sahaja, meredah dan membaham apa jua yang boleh menguntungkan, mencampuradukkan yang hak dan batil, bermuka-muka dengan sesiapa sahaja demi kepentingan diri.

Sebab itu kita begitu yakin bahawa keyakinan, penghayatan dan perlaksanaan tuntutan kalimah tayyibbah ini sebenarnya menjadi pengukur untuk mengangkat dan membezakan seseorang itu sebagai manusia sebenarnya atau sebaliknya.

Tanpa ucapan kalimah ini akan menjatuhkan atau menjadikan seseorang itu serendah-rendah malah sehina-hina makhluk yang dijadikan oleh Allah s.w.t..

(sumber dari majalah solusi isu no 20)

Orang Beriman Sebagai Penolong

Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: "Sesungguhnya penolong kamu hanya Allah dan Rasul-Nya serta orang yang beriman dan sesiapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya serta orang beriman sebagai penolong,  merekalah yang akan mendapat kemenangan." (Surah al-Maidah 5:55-56)

Biarpun manusia merupakan kejadian makhluk yang paling sempurna ciptaan Allah, tetapi manusialah yang paling terkedepan dalam kehilangan sifat-sifat manusiawinya. Sedangkan makhluk-makhluk yang lain masih kekal dengan sifat-sifat tabiinya masing-masing dalam meneruskan kehidupan makhluk tersebut mengikut ketetapan Rabbul Jalil.

Logiknya lembu tidak pernah cuba untuk menjadi singa, supaya nampak lebih gagah, malah ia tetap dengan tabiinya memakan rumput, mengeluarkan susu dan sebagainya. Singa pun tidak pernah menabalkan dirinya bebas membaham sesiapa sahaja, hanya sekadar untuk keperluan dan kelangsungan kehidupan spesiesnya sahaja, tidak lebih dari itu.

Namun manusia yang tidak beriman sanggup melakukan apa sahaja, meredah dan membaham apa jua yang boleh menguntungkan, mencampuradukkan yang hak dan batil, bermuka-muka dengan sesiapa sahaja demi kepentingan diri.

Sebab itu kita begitu yakin bahawa keyakinan, penghayatan dan perlaksanaan tuntutan kalimah tayyibbah ini sebenarnya menjadi pengukur untuk mengangkat dan membezakan seseorang itu sebagai manusia sebenarnya atau sebaliknya.

Tanpa ucapan kalimah ini akan menjatuhkan atau menjadikan seseorang itu serendah-rendah malah sehina-hina makhluk yang dijadikan oleh Allah s.w.t..

Wednesday 29 June 2011

KESAN TAKABBUR

Allah akan memalingkan hati orang yang takabbur.
Firman-Nya yang bermaksud: "Aku akan memalingkan (hati) orang yang sombong takabbur di muka bumi tanpa alasan yang benar, daripada (memahami) ayat-ayat-Ku (yang menunjukkan kekuasaan-Ku)." (Surah al-A`raf 7:146)

Tidak disukai Allah s.w.t.
Firman Allah yang bermaksud: "Sesungguhnya dia tidak suka kepada orang yang sombong takabbur." (Surah al-Nahl 16:23)

Terhalang daripada masuk syurga.
Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Tidak akan masuk syurga sesiapa yang ada dalam hatinya walau sebesar zarah sifat takabbur." (Riwayat Muslim)

Idaman neraka jahanam.
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: "Neraka berkata, 'Aku diberi hak untuk mengutamakan orang yang bertakabbur.'" (Riwayat al-Bukhari, Muslim dan al-Tirmizi)

Terjerumus dalam maksiat.
Nafsu lebih ringan melakukan maksiat kerana takabbur. Adam dikeluarkan dari syurga akibat melanggar perintah Allah kerana menurut nafsu (bukannya takabbur) dan kemudian diampuni Allah. Namun Iblis pula dimurkai Allah dan dikeluarkan dari syurga kerana bongkak dan takabbur, dan dilaknat hingga kiamat.

Allah s.w.t. tidak akan memandang kepadanya.
Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud: "Tiga (golongan) yang mana Allah tidak akan memandang kepada mereka pada hari kiamat kelak dan tidak disucikan Allah iaitu orang tua yang berzina, raja yang menipu dan fakir miskin yang sombong." (Riwayat al-Baihaqi)

Tuesday 28 June 2011

JUALAN BUKU ONLINE

ASSALAMMUALAIKUM....

Hari saya hendak berkongsi dengan anda semua buku-buku yang boleh menambah ilmu pengetahuan kita semua. Pelbagai jenis buku ada dijual disini. Dari buku bacaan kanak-kanak sehingga buku untuk bacaan orang dewasa. Klik sahaja web ini :http://www.stormreaders.net/nProductCode=KCMJ1002 Pre-Order/muhamad.

TETAPI sebelum hendak membuat pembelian, anda dikehendaki membuat akaun terlebih dahulu... Ok, sampai sini sahaja untuk hari ini..

Monday 27 June 2011

4 point
4 point menguatkan badan

  • makan daging.
  • memakai haruman.
  • kerap membersihkan badan/mandi.
  • berpakaian daripada kapas.
4 point melemahkan badan
  • banyak minum air ketika makan.
  • sentiasa cemas.
  • banyak makan bahan yang masam.
  • banyak bersetubuh.
4 point menajamkan mata
  • memandang warna hijau.
  • duduk menghadap kiblat.
  • bercelak sebelum tidur.
  • berpakaian bersih.
4 point merosakkan mata
  • memandang najis.
  • melihat orang dibunuh.
  • melihat kemaluan.
  • membelankangi kiblat.
4 point menajamkan fikiran
  • tidak banyak berbual kosong.
  • rajin bersugi (gosok gigi).
  • bercakap dengan orang soleh.
  • bergaul dengan para ulama.
sumber dari majalah solusi isu no. 21.

Friday 24 June 2011

PELIK TAPI BENAR :Pemimpin Yang Memasak Untuk Rakyatnya

Aslam berkata: "Suatu hari kami keluar bersama Khalifah Umar r.a. menuju ke Bandar Hurrah. Ketika kami sampai di Shirar, kami melihat api menyala. Kemudian Khalifah Umar berkata:"Wahai Aslam! aku melihat ada pengembara yang sedang bermalam dalam kedinginan. Mari kita ke sana."

Kami turun dan bergegas mendekati mereka. Ternyata mereka adalah seorang perempuan bersama beberapa orang anaknya. Perempuan itu sedang meletakkan sebuah periuk di atas api. Kedengaran suara anak-anak yang sedang merintih kelaparan.

Kemudian Umar r.a. berkata:"Assalammualaikum wahai orang yang menyalakan cahaya." Sengaja Umar tidak mengatakan "menyalakan api". Wanita tersebut menjawab: "Waalaikummussalam." Dan dia berkata lagi: "Bolehkah aku masuk?" Wanita tadi menjawab: "Jika niatmu baik, silalah dan selepas ini pergilah segera." 

Setelah mendapat kebenaran, Umar r.a. mendekatinya dan bertanya:" Apa yang terjadi kepada kalian?" Jawab wanita itu:" Kami tidak mempunyai tempat untuk bermalam dan kami dalam keadaan kesejukan."

Khalifah Umar bertanya lagi:"Apakah yang terjadi kepada anak-anakmu?" Dia menjawab:"Mereka kelaparan." Khalifah Umar bertanya:"Apa yang ada dalam periuk itu?" Wanita tadi menjawab:"Itu hanyalah air yang aku masak untuk menenangkan mereka agar mereka menyangka ada makanan yang sedang dimasak, hingga mereka tertidur." Ketika itu Khalifah Umar berkata:" Semoga Allah memberi kasih sayang kepada kalian. Apakah Khalifah Umar tidak mengetahuinya?"

Wanita itu menjawab:" Umar memang pemimpin kami, akan tetapi dia tidak mengetahui keadaan orang seperti kami." Lantas Umar berpaling ke arahku (Aslam) dan berkata:"Mari kita pergi!" Kami keluar dan bergegas menuju ke gudang penyimpanan bekalan. Khalifah Umar mengeluarkan sebuah bakul yang mengandungi gandum dan sebekas minyak samin (sering digunakan oleh orang Arab untuk memasak bagi tujuan menambah aroma). Lalu dia berkata:"Bawalah ini atas perintahku!"

Aslam berkata:"Kalau begitu, aku mendapat pahala daripada makanan ini." Dia berkata lagi: "Engkau kira engkau akan mendapat pahala daripada perbuatan baikku pada hari kiamat nanti? Sungguh engkau tidak akan menanaggung beban dosa mahupun pahala sesiapapun."

Setelah itu aku membawanya, dan kami terus pergi menuju ke tempat wanita itu. Kemudian dia memberikannya kepada wanita itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam bekas. Lalu dia berkata:"Ambillah minyak samin ini!"

Kemudian Khalifah Umar menghidupkan api di bawah periuk sehingga asap berkepul-kepul dari celah-celah janggutnya yang lebat. Dia memasak gandum dan minyak samin itu untuk mereka. Setelah itu dia mengangkatnya dan meletakkannya di atas sebuah piring seraya berkata: "Berilah anak-anakmu makan!" Khalifah Umar tidak berganjak sehingga memastikan mereka telah kekenyangan. Lalu wanita itu berkata:"Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan."

Peristiwa dan kejadian seperti itu banyak sekali kita temui dalam sejarah hidup Khalifah Umar, lantaran jiwanya yang bergerak untuk memenuhi perintah Allah bahawa itu ialah amanh yang akan dipersoalkan.

Ia selari dengan firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 72 yang bermaksud:"Sesungguhnya Kami telah kemukakan amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya kebanyakkan manusia suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan."

Dalam Tafsir Ibn Kathir, suatu pandangan daripada Ibn Abbas, ketika Adam   dipertanggungjawabkan dengan amanah itu dan selepas beliau sanggup menerimanya, Allah menjelaskan maksud amanah itu adalah sesuatu yang jika ditunaikan maka ia mendapat ganjaran dan sebaliknya jika diabaikan akan dihukum.

Umar melakukan itu kerana dia berasa bertanggungjawab atas keadaan orang yang susah dan dizalimi. Pada masa yang sama, beliau tidak berasa teragak-agak untuk mengenakan hukuman kepada orang yang enggan menunaikan kewajiban agamanya. Beliau tidak memilih kasih dalam perkara berkaitan hak-hak Allah.

Pernah satu ketika laporan sampai kepadanya bahawa anak gabenor Mesir lantikanya iaitu Amru bin al-`As r.a. telah memukul lawannya mengatasi beliau dalam perlumbaan kuda. Alasannya adalah beliau Ibn al-Akramin (anak orang yang mulia) sedangkan pemuda Qibti itu adalah rakyat biasa. Saidina Umar r.a. menjemput kedua-dua pihak yang terlibat dan setelah mengesahkan kebenaran tragedi itu, maka beliau menyuruh lelaki Qibti itu bertindak balas terhadap anak gabenor kerana perbuatannya itu.

Sebagai tambahannya Amru turut dicemeti oleh Umar r.a. seraya beliau mengumandangkan kalimah yang hebat (bermaksud): "Sejak bilakah kamu boleh menjadikan manusia sebagai hamba walhal ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?"

Thursday 14 April 2011

Assalammualaikum...... dan selamat sejahtera....

Sudah agak lama saya tidak menulis di dalam blog ini. Apa khabar semua ???? Adakah anda sihat hari ini ????
Jika sihat Alhamdulillah.... Jika sakit Alhamdulillah juga.... kerana ini semua merupakan ujian daripada Allah S.W.T. Oleh itu kita perlu bersyukur.... Pada hari ini saya nak kongsikan sedikit maklumat tentang satu produk yang saya fikir ia amat berguna untuk kita ialah PRODUK KAEDAH JIBRIL. Apa jenis produk ini???
Ini adalah produk pembelajaran membaca A-QURAN.....  Untuk keterangangan langjut sila melayari sesawang  ini: [http://www.kaedahjibril.com/index.php?ref=jibrial].....

Friday 8 April 2011

Assalammualaikum...... dan selamat sejahtera....

Hari ini saya hendak berkongsikan dengan anda satu peluang untukmemulakan perniagaan......
adakah anda berminat untuk menyertai satu perniagaan internet yang saya setai ...????
http://alturl.com/scj5s ini merupakan laman webnya . Jika BERMINAT tetapi tiada modal .!!!!!  inilah
dia perniagaan yang KURANG modal... HANYA dengan wang RM10..ANDA sudah boleh menjalan
kan perniagaan internet ini.....sertailah saya denga melayari laman web ini [ http://alturl.com/scj5s  ]
anda akan ketahui dengan lebih lanjut tentang PLAN PEMASARAN, PRODUK, dan banyak lagi....

Tuesday 5 April 2011

Alhamdulillah serta syukur yang tidak terhingga saya panjatkan kehadrat Allah SWT, selawat dan salam keatas Nabi Junjungan Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat Baginda. Kini saya terus mengorak langkah dengan memperkenalkan blog perniagaan alaf baru. 

Dengan semangat yang baru saya ingin memulakan blog ini serta sokongan dari para pengunjung kami diseluruh Malaysia saya harapkan, saya yakin dan percaya bahawa gelombang perniagaan internet akan melanda Malaysia sedikit masa lagi dengan misi dan visi untuk melahirkan    usahawan-usahawan yang berjaya dari sumber yang halal (Halalan Thoiyiba) sebagai satu alternatif kepada semua khususnya umat Islam di Malaysia bersandarkan Hadis Nabi SAW 'sebaik-baik kamu adalah mereka yang memberi manfaat kepada manusia yang lain'. Semoga segala usaha ini mendapat keberkatan dan keredhaan Allah SWT dunia dan akhirat.

JAZAKALLAHU KHAIRUL JAZA'




Adakah anda berminat untuk menjlankan perniagaan internet....

Assalammualaikum...... dan selamat datang.

Terima diucapkan kepada mereka yang sudi menkunjungi blog ini...